Beliau seorang yang sangat alim,berwibawa dan
tawadhu dan Beliau termasuk A’yanil bilad Tariem (Tokoh-tokoh Habaib
Tarim). Beliau juga lah yang sering dijuluki Sang “Ainu Tariem” –
Matanya Kota Tarim al Ghanna
Usia Beliau sekitar 70-an, putra dari Al-Allamah Habib Muhammad, dan
cucu dari Al-Allamah Habib Alwi bin Abdullah bin Shahabuddin, dipercaya
telah mencapai maqam atau tingkatan yang sangat tinggi sebagai seorang
sufi. Seperti juga ayah, kakek, serta kakek buyutnya, beliau termasuk
orang yang dekat dan begitu cinta kepad Rasulullah saw. Sehingga tak ada
tindakan-tindakannya yang tidak mengacu pada perilaku Nabi saw. Beliau
sering diundang ke Indonesia, melalui para ulama dan habaib,
dan jawaban Beliau selalu;” Saya menunggu perintah saja!’. ( Maksud
dari perkataan Beliau ialah menunggu perintah dari ROSULULLAH Saw secara
langsung ),karena beliau sering berdialog dengan baginda Rasul Saw.
biasanya didatangi para Ulama yang hendak bepergian berdakwah ke luar
negeri untuk minta izin, berpamitan dan memohon doa’ restu. Tak kurang,
Habib Umar bin Hafidz, pemimpin Darul Mustafa, Tarim, yang mencetak
Ulama-ulama muda di berbagai negeri, tak bisa tidak, selalu mencium
tangan Habib Abdullah sebelum keliling mengunjungi anak muridnya. Jangan
harap guru besar ini beranjak sebelum mendapat anggukan kepala Habib
Abdullah.
Para ulama dan peziarah, khususnya dari Indonesia, juga belum merasa
mantap keliling Hadramaut sebelum mendengarkan kalam dan doa’ Habib
Abdullah. Setidaknya mencoba menikmati senyum sang habib dan menerima
suguhan teh atau kopi dari rumahnya yang dianggap penuh penuh berkah.
Habib Umar bin Hafidz tak mau menyentuh gelas kopi yang disuguhkan; ia
hanya mau minum dari sisa minuman di gelas habib yang sangat
dimuliakannya itu.
Dimana ketika dijumpai di suatu majelis yang dihadiri oleh habaib Tarim
seperti Al Habib Abdullah bin Shahab (Ainu Tariem), Al Habib Salim bin
Abdullah Asyatiri, Al Habib Masyhur bin Hafidz, Al Habib Umar bin
Hafidz dan yang lainnya, kesemuanya merupakan permata nan indah dari
Kota Tarim. Yang kemudian ketika waktu memberikan tausiyah, maka Al
Habib Salim bin Abdullah Asyatiri tidak akan memberikan tausiyah sebelum
Al Habib Abdullah bin Shahab memberikan tausiyah, Al Habib Masyhur bin
Hafidz tidak akan memberikan tausiyah sebelum Al Habib Abdullah bin
Shahab memberikan tausiyah, Al Habib Umar bin Hafidz tidak akan
memberikan tausiyah sebelum Al Habib Abdullah bin Shahab memberikan
tausiyah, begitu seterusnya. Beliau begitu dicintai, dihormati,
disayangi, dan dikagumi. Sedikit cerita mengenai ahli Tarim yang selalu
menandakan akhlak dan ukhuwah dalam setiap apa pun yang dilakukan oleh
mereka.
Habib Abdullah tidak melewatkan undangan siapa saja, terutama majlis
ilmu, tanpa alasan yang jelas. Apabila beliau hadir, suasana majlis
menjadi tampak agung, karena jemaah mendekat, merapat, takut kehilangan
bahkan sepatah-dua patah kalam beliau yang sangat berharga, dan
mengamini doa-doanya yang dipercaya makbul.
Habib Umar bin Hafidz yang dikenal sebagai jago pidato, akan
menyerahkan semua waktunya kepada Habib Abdullah.Beliau di ibaratkan
Sang Matahari tunggal didalam suatu majlis.
sumber : http://basaudan.wordpress.com
Biografi Ringkas Habib Abdullah bin Muhammad bin Alwi bin Abdullah bin Syahab ( ‘Ainu Tarim )
Habib Abdullah bin Muhammad bin Alwi Syahab
Biografi Ringkas Habib Abdullah bin Muhammad bin Alwi bin Abdullah bin Syahab ( ‘Ainu Tarim )
Beliau seorang yang sangat alim,berwibawa dan
tawadhu dan Beliau termasuk A’yanil bilad Tariem (Tokoh-tokoh Habaib
Tarim). Beliau juga lah yang sering dijuluki Sang “Ainu Tariem” –
Matanya Kota Tarim al Ghanna
Usia Beliau sekitar 70-an, putra dari Al-Allamah Habib Muhammad, dan cucu dari Al-Allamah Habib Alwi bin Abdullah bin Shahabuddin, dipercaya telah mencapai maqam atau tingkatan yang sangat tinggi sebagai seorang sufi. Seperti juga ayah, kakek, serta kakek buyutnya, beliau termasuk orang yang dekat dan begitu cinta kepad Rasulullah saw. Sehingga tak ada tindakan-tindakannya yang tidak mengacu pada perilaku Nabi saw. Beliau sering diundang ke Indonesia, melalui para ulama dan habaib,
dan jawaban Beliau selalu;” Saya menunggu perintah saja!’. ( Maksud dari perkataan Beliau ialah menunggu perintah dari ROSULULLAH Saw secara langsung ),karena beliau sering berdialog dengan baginda Rasul Saw.
biasanya didatangi para Ulama yang hendak bepergian berdakwah ke luar negeri untuk minta izin, berpamitan dan memohon doa’ restu. Tak kurang, Habib Umar bin Hafidz, pemimpin Darul Mustafa, Tarim, yang mencetak Ulama-ulama muda di berbagai negeri, tak bisa tidak, selalu mencium tangan Habib Abdullah sebelum keliling mengunjungi anak muridnya. Jangan harap guru besar ini beranjak sebelum mendapat anggukan kepala Habib Abdullah.
Para ulama dan peziarah, khususnya dari Indonesia, juga belum merasa mantap keliling Hadramaut sebelum mendengarkan kalam dan doa’ Habib Abdullah. Setidaknya mencoba menikmati senyum sang habib dan menerima suguhan teh atau kopi dari rumahnya yang dianggap penuh penuh berkah. Habib Umar bin Hafidz tak mau menyentuh gelas kopi yang disuguhkan; ia hanya mau minum dari sisa minuman di gelas habib yang sangat dimuliakannya itu.
Dimana ketika dijumpai di suatu majelis yang dihadiri oleh habaib Tarim seperti Al Habib Abdullah bin Shahab (Ainu Tariem), Al Habib Salim bin Abdullah Asyatiri, Al Habib Masyhur bin Hafidz, Al Habib Umar bin Hafidz dan yang lainnya, kesemuanya merupakan permata nan indah dari Kota Tarim. Yang kemudian ketika waktu memberikan tausiyah, maka Al Habib Salim bin Abdullah Asyatiri tidak akan memberikan tausiyah sebelum Al Habib Abdullah bin Shahab memberikan tausiyah, Al Habib Masyhur bin Hafidz tidak akan memberikan tausiyah sebelum Al Habib Abdullah bin Shahab memberikan tausiyah, Al Habib Umar bin Hafidz tidak akan memberikan tausiyah sebelum Al Habib Abdullah bin Shahab memberikan tausiyah, begitu seterusnya. Beliau begitu dicintai, dihormati, disayangi, dan dikagumi. Sedikit cerita mengenai ahli Tarim yang selalu menandakan akhlak dan ukhuwah dalam setiap apa pun yang dilakukan oleh mereka.
Habib Abdullah tidak melewatkan undangan siapa saja, terutama majlis ilmu, tanpa alasan yang jelas. Apabila beliau hadir, suasana majlis menjadi tampak agung, karena jemaah mendekat, merapat, takut kehilangan bahkan sepatah-dua patah kalam beliau yang sangat berharga, dan mengamini doa-doanya yang dipercaya makbul.
Habib Umar bin Hafidz yang dikenal sebagai jago pidato, akan menyerahkan semua waktunya kepada Habib Abdullah.Beliau di ibaratkan Sang Matahari tunggal didalam suatu majlis.
sumber : http://basaudan.wordpress.com
Usia Beliau sekitar 70-an, putra dari Al-Allamah Habib Muhammad, dan cucu dari Al-Allamah Habib Alwi bin Abdullah bin Shahabuddin, dipercaya telah mencapai maqam atau tingkatan yang sangat tinggi sebagai seorang sufi. Seperti juga ayah, kakek, serta kakek buyutnya, beliau termasuk orang yang dekat dan begitu cinta kepad Rasulullah saw. Sehingga tak ada tindakan-tindakannya yang tidak mengacu pada perilaku Nabi saw. Beliau sering diundang ke Indonesia, melalui para ulama dan habaib,
dan jawaban Beliau selalu;” Saya menunggu perintah saja!’. ( Maksud dari perkataan Beliau ialah menunggu perintah dari ROSULULLAH Saw secara langsung ),karena beliau sering berdialog dengan baginda Rasul Saw.
biasanya didatangi para Ulama yang hendak bepergian berdakwah ke luar negeri untuk minta izin, berpamitan dan memohon doa’ restu. Tak kurang, Habib Umar bin Hafidz, pemimpin Darul Mustafa, Tarim, yang mencetak Ulama-ulama muda di berbagai negeri, tak bisa tidak, selalu mencium tangan Habib Abdullah sebelum keliling mengunjungi anak muridnya. Jangan harap guru besar ini beranjak sebelum mendapat anggukan kepala Habib Abdullah.
Para ulama dan peziarah, khususnya dari Indonesia, juga belum merasa mantap keliling Hadramaut sebelum mendengarkan kalam dan doa’ Habib Abdullah. Setidaknya mencoba menikmati senyum sang habib dan menerima suguhan teh atau kopi dari rumahnya yang dianggap penuh penuh berkah. Habib Umar bin Hafidz tak mau menyentuh gelas kopi yang disuguhkan; ia hanya mau minum dari sisa minuman di gelas habib yang sangat dimuliakannya itu.
Dimana ketika dijumpai di suatu majelis yang dihadiri oleh habaib Tarim seperti Al Habib Abdullah bin Shahab (Ainu Tariem), Al Habib Salim bin Abdullah Asyatiri, Al Habib Masyhur bin Hafidz, Al Habib Umar bin Hafidz dan yang lainnya, kesemuanya merupakan permata nan indah dari Kota Tarim. Yang kemudian ketika waktu memberikan tausiyah, maka Al Habib Salim bin Abdullah Asyatiri tidak akan memberikan tausiyah sebelum Al Habib Abdullah bin Shahab memberikan tausiyah, Al Habib Masyhur bin Hafidz tidak akan memberikan tausiyah sebelum Al Habib Abdullah bin Shahab memberikan tausiyah, Al Habib Umar bin Hafidz tidak akan memberikan tausiyah sebelum Al Habib Abdullah bin Shahab memberikan tausiyah, begitu seterusnya. Beliau begitu dicintai, dihormati, disayangi, dan dikagumi. Sedikit cerita mengenai ahli Tarim yang selalu menandakan akhlak dan ukhuwah dalam setiap apa pun yang dilakukan oleh mereka.
Habib Abdullah tidak melewatkan undangan siapa saja, terutama majlis ilmu, tanpa alasan yang jelas. Apabila beliau hadir, suasana majlis menjadi tampak agung, karena jemaah mendekat, merapat, takut kehilangan bahkan sepatah-dua patah kalam beliau yang sangat berharga, dan mengamini doa-doanya yang dipercaya makbul.
Habib Umar bin Hafidz yang dikenal sebagai jago pidato, akan menyerahkan semua waktunya kepada Habib Abdullah.Beliau di ibaratkan Sang Matahari tunggal didalam suatu majlis.
sumber : http://basaudan.wordpress.com
Al Maghfurlah Habib Hasan bin Abdullah bin Umar Asy Syathiri, Tarim,Hadramaut-Yaman
لَوْ لاَ اْلمُرَبِّيْ مَا عَرَفْتُ رَبِّيْ
“KALAULAH BUKAN KARENA PENDIDIK NISCAYA AKU TAK MENGENAL TUHANKU”
Nasab beliau
Al Habib As Sayyid Hasan bin Al Imam Al ‘Allamah Syaikhul islam Al Habib Al Qutub Abdullah bin Umar bin Ahmad bin Umar bin Ahmad bin Umar bin Ahmad bin Ali bin Husein bin Muhammad bin Ahmad bin Umar bin Alawy Asy Syathiri bin Al Faqih Ali bin Al Qhodi Ahmad bin Muhammad Asadullah fi ardih bin Hasan At Turobi bin Ali bin Al Ustadz Al A’zom Al Faqih Muqoddam Muhammad bin Ali bin Muhammad shohib Mirbath bin Ali Kholi’ qosam bin Alawy bin Muhammad maula as Som’ah bin Alawy maula Sumul bin Ubaidillah bin Al Muhajir ilallah Ahmad bin Isa Arrumi bin Muhammad An Naqib bin Ali Al ‘Uraidli bin Ja’far As Shodiq bin Muhammad Al Baqir bin Al Imam As Sajjaad Ali zainal Abidin bin Al Imam Husaein bin Al Imam Ali bin Abi Tholib Putra dari sayyidatina Fatimah Az Zahra putri Rasulullah SAW.
Al Habib As Sayyid Hasan bin Al Imam Al ‘Allamah Syaikhul islam Al Habib Al Qutub Abdullah bin Umar bin Ahmad bin Umar bin Ahmad bin Umar bin Ahmad bin Ali bin Husein bin Muhammad bin Ahmad bin Umar bin Alawy Asy Syathiri bin Al Faqih Ali bin Al Qhodi Ahmad bin Muhammad Asadullah fi ardih bin Hasan At Turobi bin Ali bin Al Ustadz Al A’zom Al Faqih Muqoddam Muhammad bin Ali bin Muhammad shohib Mirbath bin Ali Kholi’ qosam bin Alawy bin Muhammad maula as Som’ah bin Alawy maula Sumul bin Ubaidillah bin Al Muhajir ilallah Ahmad bin Isa Arrumi bin Muhammad An Naqib bin Ali Al ‘Uraidli bin Ja’far As Shodiq bin Muhammad Al Baqir bin Al Imam As Sajjaad Ali zainal Abidin bin Al Imam Husaein bin Al Imam Ali bin Abi Tholib Putra dari sayyidatina Fatimah Az Zahra putri Rasulullah SAW.
Al Habib Hasan
dilahirkan dikota Tarim Hadromaut Yaman Selatan pada tanggal 7 Jumadi
ts Tsaniah 1346 H. Beberapa saat setelah kelahirannya, ketika kakek
beliau dari jalur ibunya Al Habib Abdurrahman bin Muhammad Al Haddad
hendak memberinya nama beliau berkata ” Hasan memiliki sirr (rahasia
keagungan) Syekh Abu Bakar As Sakran”. Beliau tumbuh dan dibesarkan
dikota Tarim, sejak kecil telah diasuh dan dibimbing oleh ayahnya dengan
didikan islami di tempat yang lingkungannya sangat baik dan dikawasan
pergaulan yang suasananya sangat kental dengan nuansa keilmuan yang
penuh dengan keberkahan dizaman yang tampak jelas dinaungi oleh para
sholihin dan ulama besar serta terkenal yang mahir dalam bidang ilmu
sehingga pada umur yang masih cukup muda yaitu 11 th beliau telah
menghapal al Quran seluruhnya,
dan beliau banyak mempelajari aneka bidang ilmu seperti: Tafsir Al
Quran, Hadits An Nabi SAW, Fiqh Syafi’i, Nahwu (Kaidah Bahasa Arab),
Tasawwuf dan lain sebagainya.
Beliau ( Al Habib Hasan ) banyak menimba ilmu dari banyak guru (masyayikh) dizamannya, baik dikota Tarim ataupun yang lainnya dan kebanyakan dari guru-guru beliau adalah para murid utama ayahanda beliau yaitu Al Imam Al ‘Allamah Syaikhul islam Al Habib Al Qutub Abdullah Asy Syathiri yang merupakan salah seorang Syaikhul Ulama (gurunya para guru) dinegri Hadromaut pengasuh Rubat Tarim yang dengan keberkahan ilmunya telah mencetak lebih dari 13.000 ulama yang tersebar keseluruh penjuru dunia termasuk Indonesia.
Dan diantara guru – guru beliau ( Al Habib Hasan ) selain ayahandanya adalah :
Al Imam Al Arif billah Al Habib Al Muhab Al Qutub Alawy bin Abdillah bin Syahab
Al Imam Al Arif billah Al habib Al Qutub Ja’far bin Ahmad Al Idrus
Asy Syaikhul ‘Allaamah Mahfudz bin Utsman Az Zabidi
As Syaikhul ‘Allaamah Salim bin Sa’id Bukaiyir Baa Ghoitsan
Al Imam Al ‘Allamah Al Muhaddits Diyar Haromain As Sayid Alawy bin ‘Abbas Al Maliki Makki Al Hasani
Al Imam Al ‘Allamah Asy Syahid Al habib Muhammad bin Salim bin Hafiidz bin Syeikh Abu bakar bin Salim
Al Habib Al ‘Allamah Umar bin ‘Alawy Al kaaf
Asy Syeikh Umar bin ‘Awad Al Haddad Dan masih banyak lagi guru – guru beliau dan para musnid dan mujiz yang memberikan berbagai macam sanad serta ijazah kepada beliau yang tidak kami sebutkan dalam biografi ( manaqib ) singkat ini.
Dalam asuhan dan didikan ayahandanya yang sangat disiplin, beliau acapkali diajak menghadiri majlis – majlis ilmu dan di setiap penghujung malam beliau diajak ayahandanya pergi ke masjid-masjid Tarim yang berjumlah kurang lebih 360 masjid guna melaksakan qiyam lail ( Sholat sunnah dimalam hari ), dan berziarah ke Zanbal makam Auliya’ dan ‘Inat makam Syeikh Abu Bakar bin Salim. Setiap kali berziarah kemakam Syekh Abu Bakar bin Salim Al Habib Abdullah bin Umar Asy Syathiri selalu berkata : ” Wahai Syeikh Abu Bakar, sungguh aku telah mendidik dan membimbing putramu Hasan bin Ismail, karena itu kumohon didik dan bimbinglah putraku Hasan”. Tatkala ajal ayahandanya Al Habib Abdullah bin Umar Asy Syathiri telah dekat dan usia beliau ( Al Habib Hasan ) kala itu sekitar 14 tahun, ayahandanya ( Al Habib Abdullah bin Umar Asy Syathiri ) mengumpulkan seluruh anggota keluarganya seraya berwasiat “Wahai Mahdi… aku serahkan padamu tanggung jawab kepemimpinan Rubath ini. Wahai Hasan… dan aku serahkan tanggung jawab kepemimpinan Rubath ini setelah kakakmu Mahdi dan jangan pernah kau tinggalkan Al Quran”.
Ayahandanya ( Al Habib Abdullah bin Umar Asy Syathiri ) wafat tatkata Al Habib Hasan sedang mempelajari Tafsir darinya, ketika itu beliau sampai pada tafsir ayat Al Quran, Pada hari Ini Telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan Telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan Telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.
Demikianlah isyarat kesempurnaan ilmu beliau yang tersirat lewat ayat tersebut, sebagaimana turunnya ayat ini sebagai tanda telah sempurnanya da’wah Rasulullah SAW pada Haji Wada’.
Kemudian beliau ( Al Habib Hasan Asy Syathiri ) berguru secara khusus kepada Al Imam Al Arif billah Al Habib Al Muhab Al Qutub Alawy bin Abdillah bin Syahab yang memiliki julukan ‘Ain Tarim ( Matanya kota Tarim) sosok berkarisma dan memiliki wibawa serta tegas dalam berkata. Sepenuh jiwa beliau serahkan dirinya kepada Al Habib Alawy guna dididik dan dibina, beliaupun menyambutnya dengan penuh perhatian dan pendidikan yang tiada henti, mengajarkannya cara melatih, mengembangkan dan mengolah jiwa serta bagaimana mematikan sisi buruk jiwa manusia, sehingga mencapai kedudukan Nafs Muthma-innah ( jiwa yang tenang ) guna menjalin keharmonisan dunia dan akhirat.
Beliau sangat menjaga adab ketika duduk dimajlis – majlis ilmu terkhusus dihadapan guru besar beliau Al Habib Alawy bin Abdillah bin Syahab, tidaklah beliau pernah mengangkat kepala beliau, seakan – akan terdapat seekor burung diatas kepalanya, bahkan tidaklah pernah terdengar hembusan nafasnya, hal tersebutlah yang membuat Al habib Alawy bin Syahab begitu sayang terhadap beliau. Pernah satu ketika Al Habib Alawy memuji Beliau ( Al Habib Hasan AsySyathiri ) dengan mengatakan kepada rekan-rekannya :” Hasan bin Abdullah Asy Syathiri adalah putra ruhku”, dan ketika didepan Al Habib Alawy beliau kehabisan suara tatkala sedang membacakan qosidah, Al Habib Alawy berkata: ” Dia perlu diberi gula, tetapi gulanya harus langsung dari Al Faqih Muqoddam”.
Dan dengan perintah serta isyarat dari Al Habib Alawy lah beliau memimpin majlis- majlis ilmu yang dihadiri oleh para Mufti dan Ulama, pada ketika itu beliau masih berusia 17 tahun usia yang sangat muda untuk memimpin majlis yang dihadiri para mufti dan ulama. Dan sungguh merupakan anugrah yang Allah berikan kepada beliau, tatkala beberapa saat sebelum gurunya ( Al habib Alawy bin Abdillah bin Syahab ) wafat, Beliau ( Al Habib Hasan AsySyathiri ) ketika itu dalam keadaan tertidur sedangkan Al Habib Alawy berada dirumahnya .
Dalam tidurnya Beliau ( Al Habib Hasan AsySyathiri ) bermimpi melihat Al Habib Alawy tengah duduk diatas pembaringannya, lalu Al Habib Alawy berkata: “Wahai Hasan…aku akan bangkit dari tempat ini, dan sekarang duduklah engkau ditempatku ini”. Setelah itu Beliau ( Al Habib Hasan AsySyathiri ) terbangun dari tidurnya dan beliau mendengar berita duka wafatnya Al Habib Alawy bin Syahab, dan dari mimpinya tersebut beliau menyadari betul bahwa beliaulah khalifah (pengganti) pelanjut Al Habib Alawy dalam menjaga amanah peradaban kota Tarim. Hal tersebut beliau buktikan dengan tegasnya beliau dalam menentang masuknya paham – paham atau tradisi – tradisi baru yang merubah apa yang telah ditetapkan dan di lestarikan oleh para leluhurnya, dengan penuh wibawa dan ketawadluan beliau mengatakan : “Ini bukan kota ku, ini kota sayyid Faqih Muqoddam, kota para leluhurku, kita tidak berhak merubahnya, jika aku merusaknya dengan merubah tradisi mereka, maka sungguh aku malu berjumpa mereka ketika aku kembali nanti”.
Akhlak, suluk, ilmu dan amal beliau merupakan cermin Ulama salaf ( terdahulu yang berpegang kuat ajaran Rasulullah SAW ) yang terdapat dalam dirinya, membuahkan suri tauladan baik untuk para manusia yang ingin mengikuti jejak Rasulullah SAW. Itu semua terlukis dengan prilakunya dalam melaksanakan yang fardlu dan sunnah, beliau sangat tawadlu’ ( rendah hati ), welas asih terhadap semua makhluk, tidak senang dengan ketenaran ( popularitas ).
Dalam mendidik dan mengajarpun beliau sangat berpegang teguh pada metode para salaf, memulai dengan yang dasar kemudian sedang lalu yang mendalam. Pendidikan dan ajarannya bukan hanya lewat kata-kata yang beliau ucapkan, melainkan dengan perbuatannya yang sangat terpuji. Diantara akhlak beliau yang sangat welas asih adalah ketika di Rubath ada seorang pencuri yang tertangkap, lalu dipukuli hingga babak belur, saat beliau mendengar hal tersebut beliau pun datang ke Rubat yang saat itu para pelajar sedang menghadiri perkumpulan mingguan guna mendengar nasihat dan peraturan –peraturan yang berlaku di Rubat serta evaluasi – evaluasi pendidikan ilmiyah dan amaliyah yang telah berjalan. Setelah bertanya siapa yang telah memukuli orang tersebut hingga babak belur dan beberapa orang mengaku mengajukan diri mereka beliaupun dengan wajah memerah, suara agak tinggi berkata :” Siapa kalian? Sehingga berhak memukuli orang ini hingga babak belur” diantara mereka ada yang menyahut ” Dia telah mencuri ya Habiib” Beliaupun berkata “Lantas apa dia patut untuk dipukul? Apa dia budak sahayamu? Bukan begitu memperlakukan yang salah wahai anak-anakku”.
Beliau sangat menginginkan kebahagiaan dan kebaikan pada setiap orang terkhusus anak-anak didiknya dan sangat tidak menginginkan keburukan terjadi atau ada pada diri mereka, sehingga tak pernah bosan beliau memberikan peringatan dan semangat lewat nasehat-nasehatnya yang sangat menyentuh qalbu.
Diantaranya beliau mengatakan ” Wahai anakku, makanlah dari hasil usahamu dan jangan kau makan dengan menjual agamamu”, dan ketika salah seorang pelajar yang hendak pulang ke Indonesia meminta wasiat darinya, beliaupun berkata “Perbanyaklah engkau bersujud dan mintalah ikhlas kepada Allah SWT, dan pendamlah dirimu ditempat yang orang tak mengenalmu”. Beliaupun selalu mengatakan ” Janganlah kalian menjadi orang yang banyak disanjung namun engkau memiliki cela yang terselubung”
Beliau ( Al Habib Hasan ) banyak menimba ilmu dari banyak guru (masyayikh) dizamannya, baik dikota Tarim ataupun yang lainnya dan kebanyakan dari guru-guru beliau adalah para murid utama ayahanda beliau yaitu Al Imam Al ‘Allamah Syaikhul islam Al Habib Al Qutub Abdullah Asy Syathiri yang merupakan salah seorang Syaikhul Ulama (gurunya para guru) dinegri Hadromaut pengasuh Rubat Tarim yang dengan keberkahan ilmunya telah mencetak lebih dari 13.000 ulama yang tersebar keseluruh penjuru dunia termasuk Indonesia.
Dan diantara guru – guru beliau ( Al Habib Hasan ) selain ayahandanya adalah :
Al Imam Al Arif billah Al Habib Al Muhab Al Qutub Alawy bin Abdillah bin Syahab
Al Imam Al Arif billah Al habib Al Qutub Ja’far bin Ahmad Al Idrus
Asy Syaikhul ‘Allaamah Mahfudz bin Utsman Az Zabidi
As Syaikhul ‘Allaamah Salim bin Sa’id Bukaiyir Baa Ghoitsan
Al Imam Al ‘Allamah Al Muhaddits Diyar Haromain As Sayid Alawy bin ‘Abbas Al Maliki Makki Al Hasani
Al Imam Al ‘Allamah Asy Syahid Al habib Muhammad bin Salim bin Hafiidz bin Syeikh Abu bakar bin Salim
Al Habib Al ‘Allamah Umar bin ‘Alawy Al kaaf
Asy Syeikh Umar bin ‘Awad Al Haddad Dan masih banyak lagi guru – guru beliau dan para musnid dan mujiz yang memberikan berbagai macam sanad serta ijazah kepada beliau yang tidak kami sebutkan dalam biografi ( manaqib ) singkat ini.
Dalam asuhan dan didikan ayahandanya yang sangat disiplin, beliau acapkali diajak menghadiri majlis – majlis ilmu dan di setiap penghujung malam beliau diajak ayahandanya pergi ke masjid-masjid Tarim yang berjumlah kurang lebih 360 masjid guna melaksakan qiyam lail ( Sholat sunnah dimalam hari ), dan berziarah ke Zanbal makam Auliya’ dan ‘Inat makam Syeikh Abu Bakar bin Salim. Setiap kali berziarah kemakam Syekh Abu Bakar bin Salim Al Habib Abdullah bin Umar Asy Syathiri selalu berkata : ” Wahai Syeikh Abu Bakar, sungguh aku telah mendidik dan membimbing putramu Hasan bin Ismail, karena itu kumohon didik dan bimbinglah putraku Hasan”. Tatkala ajal ayahandanya Al Habib Abdullah bin Umar Asy Syathiri telah dekat dan usia beliau ( Al Habib Hasan ) kala itu sekitar 14 tahun, ayahandanya ( Al Habib Abdullah bin Umar Asy Syathiri ) mengumpulkan seluruh anggota keluarganya seraya berwasiat “Wahai Mahdi… aku serahkan padamu tanggung jawab kepemimpinan Rubath ini. Wahai Hasan… dan aku serahkan tanggung jawab kepemimpinan Rubath ini setelah kakakmu Mahdi dan jangan pernah kau tinggalkan Al Quran”.
Ayahandanya ( Al Habib Abdullah bin Umar Asy Syathiri ) wafat tatkata Al Habib Hasan sedang mempelajari Tafsir darinya, ketika itu beliau sampai pada tafsir ayat Al Quran, Pada hari Ini Telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan Telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan Telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.
Demikianlah isyarat kesempurnaan ilmu beliau yang tersirat lewat ayat tersebut, sebagaimana turunnya ayat ini sebagai tanda telah sempurnanya da’wah Rasulullah SAW pada Haji Wada’.
Kemudian beliau ( Al Habib Hasan Asy Syathiri ) berguru secara khusus kepada Al Imam Al Arif billah Al Habib Al Muhab Al Qutub Alawy bin Abdillah bin Syahab yang memiliki julukan ‘Ain Tarim ( Matanya kota Tarim) sosok berkarisma dan memiliki wibawa serta tegas dalam berkata. Sepenuh jiwa beliau serahkan dirinya kepada Al Habib Alawy guna dididik dan dibina, beliaupun menyambutnya dengan penuh perhatian dan pendidikan yang tiada henti, mengajarkannya cara melatih, mengembangkan dan mengolah jiwa serta bagaimana mematikan sisi buruk jiwa manusia, sehingga mencapai kedudukan Nafs Muthma-innah ( jiwa yang tenang ) guna menjalin keharmonisan dunia dan akhirat.
Beliau sangat menjaga adab ketika duduk dimajlis – majlis ilmu terkhusus dihadapan guru besar beliau Al Habib Alawy bin Abdillah bin Syahab, tidaklah beliau pernah mengangkat kepala beliau, seakan – akan terdapat seekor burung diatas kepalanya, bahkan tidaklah pernah terdengar hembusan nafasnya, hal tersebutlah yang membuat Al habib Alawy bin Syahab begitu sayang terhadap beliau. Pernah satu ketika Al Habib Alawy memuji Beliau ( Al Habib Hasan AsySyathiri ) dengan mengatakan kepada rekan-rekannya :” Hasan bin Abdullah Asy Syathiri adalah putra ruhku”, dan ketika didepan Al Habib Alawy beliau kehabisan suara tatkala sedang membacakan qosidah, Al Habib Alawy berkata: ” Dia perlu diberi gula, tetapi gulanya harus langsung dari Al Faqih Muqoddam”.
Dan dengan perintah serta isyarat dari Al Habib Alawy lah beliau memimpin majlis- majlis ilmu yang dihadiri oleh para Mufti dan Ulama, pada ketika itu beliau masih berusia 17 tahun usia yang sangat muda untuk memimpin majlis yang dihadiri para mufti dan ulama. Dan sungguh merupakan anugrah yang Allah berikan kepada beliau, tatkala beberapa saat sebelum gurunya ( Al habib Alawy bin Abdillah bin Syahab ) wafat, Beliau ( Al Habib Hasan AsySyathiri ) ketika itu dalam keadaan tertidur sedangkan Al Habib Alawy berada dirumahnya .
Dalam tidurnya Beliau ( Al Habib Hasan AsySyathiri ) bermimpi melihat Al Habib Alawy tengah duduk diatas pembaringannya, lalu Al Habib Alawy berkata: “Wahai Hasan…aku akan bangkit dari tempat ini, dan sekarang duduklah engkau ditempatku ini”. Setelah itu Beliau ( Al Habib Hasan AsySyathiri ) terbangun dari tidurnya dan beliau mendengar berita duka wafatnya Al Habib Alawy bin Syahab, dan dari mimpinya tersebut beliau menyadari betul bahwa beliaulah khalifah (pengganti) pelanjut Al Habib Alawy dalam menjaga amanah peradaban kota Tarim. Hal tersebut beliau buktikan dengan tegasnya beliau dalam menentang masuknya paham – paham atau tradisi – tradisi baru yang merubah apa yang telah ditetapkan dan di lestarikan oleh para leluhurnya, dengan penuh wibawa dan ketawadluan beliau mengatakan : “Ini bukan kota ku, ini kota sayyid Faqih Muqoddam, kota para leluhurku, kita tidak berhak merubahnya, jika aku merusaknya dengan merubah tradisi mereka, maka sungguh aku malu berjumpa mereka ketika aku kembali nanti”.
Akhlak, suluk, ilmu dan amal beliau merupakan cermin Ulama salaf ( terdahulu yang berpegang kuat ajaran Rasulullah SAW ) yang terdapat dalam dirinya, membuahkan suri tauladan baik untuk para manusia yang ingin mengikuti jejak Rasulullah SAW. Itu semua terlukis dengan prilakunya dalam melaksanakan yang fardlu dan sunnah, beliau sangat tawadlu’ ( rendah hati ), welas asih terhadap semua makhluk, tidak senang dengan ketenaran ( popularitas ).
Dalam mendidik dan mengajarpun beliau sangat berpegang teguh pada metode para salaf, memulai dengan yang dasar kemudian sedang lalu yang mendalam. Pendidikan dan ajarannya bukan hanya lewat kata-kata yang beliau ucapkan, melainkan dengan perbuatannya yang sangat terpuji. Diantara akhlak beliau yang sangat welas asih adalah ketika di Rubath ada seorang pencuri yang tertangkap, lalu dipukuli hingga babak belur, saat beliau mendengar hal tersebut beliau pun datang ke Rubat yang saat itu para pelajar sedang menghadiri perkumpulan mingguan guna mendengar nasihat dan peraturan –peraturan yang berlaku di Rubat serta evaluasi – evaluasi pendidikan ilmiyah dan amaliyah yang telah berjalan. Setelah bertanya siapa yang telah memukuli orang tersebut hingga babak belur dan beberapa orang mengaku mengajukan diri mereka beliaupun dengan wajah memerah, suara agak tinggi berkata :” Siapa kalian? Sehingga berhak memukuli orang ini hingga babak belur” diantara mereka ada yang menyahut ” Dia telah mencuri ya Habiib” Beliaupun berkata “Lantas apa dia patut untuk dipukul? Apa dia budak sahayamu? Bukan begitu memperlakukan yang salah wahai anak-anakku”.
Beliau sangat menginginkan kebahagiaan dan kebaikan pada setiap orang terkhusus anak-anak didiknya dan sangat tidak menginginkan keburukan terjadi atau ada pada diri mereka, sehingga tak pernah bosan beliau memberikan peringatan dan semangat lewat nasehat-nasehatnya yang sangat menyentuh qalbu.
Diantaranya beliau mengatakan ” Wahai anakku, makanlah dari hasil usahamu dan jangan kau makan dengan menjual agamamu”, dan ketika salah seorang pelajar yang hendak pulang ke Indonesia meminta wasiat darinya, beliaupun berkata “Perbanyaklah engkau bersujud dan mintalah ikhlas kepada Allah SWT, dan pendamlah dirimu ditempat yang orang tak mengenalmu”. Beliaupun selalu mengatakan ” Janganlah kalian menjadi orang yang banyak disanjung namun engkau memiliki cela yang terselubung”
“Jadikanlah
adabmu seperti tepung dan ilmumu laksana garam” “Cinta tak butuh
dekatnya jarak namun dekat membutuhkan cinta” “Yaa Ikhwaanii..Wahai
saudara-saudaraku.. cukuplah bagi kalian mengamalkan apa yang terdapat
didalam kitab Bidayatul Hidayah Milik Al Imam Al Ghozali” “Janganlah
kalian sedih dengan mimpi-mimpi buruk yang padahal kalian telah banyak
berbuat keta’atan, karena hal tersebut merupakan pendidikan untuk
jiwamu, mimpi-mimpi indah tak berarti apa-apa bila seseorang tersebut
terlena oleh mimpi dan terus tenggelam dalam ma’siat” “Penuhilah
hak-hak orang, dan janganlah kau menuntut hakmu dari mereka, bantulah
orang yang meminta bantuan padamu semampumu” ” Kesolehan seseorang
tidaklah dilihat dari imamah ( ikat kepala ) yang besaratau sorban yang
lebar dan bukan pula kepandaian berbicara diatas mimbar”. Begitu
banyak mutiara nasehatnya yang diberikan secara tulus kepada para
santri dan orang yang meminta wasiat ataupun nasehat kepada beliau.
Dikisahkan bahwa ketika tubuh beliau terasa sakit, murid tersayangnya pun pergi dan membawa seseorang guna memijat tubuh beliau, ketika pemuda tersebut memegang kaki beliau, beliaupun bertanya ” Siapa namamu? Dari mana asalmu? Dan sudah berapa lama engkau bekerja sebagai tukang pijat di Tarim?” Pemuda itupun menjawab bahwa ia berasal dari Indonesia dan saat ini menetap di Tarim sebagai seorang pelajar. Beliaupun terkejut lalu menegur murid beliau dengan keras seraya berkata “Menyuruh seorang penuntut ilmu yang datang dari jauh untuk memijat adalah sesuatu yang terlarang, itu merupakan pemerkosaan hak yang dosanya amat besar.. Jangan pernah engkau mengulanginya lagi”.
Dikisahkan bahwa ketika tubuh beliau terasa sakit, murid tersayangnya pun pergi dan membawa seseorang guna memijat tubuh beliau, ketika pemuda tersebut memegang kaki beliau, beliaupun bertanya ” Siapa namamu? Dari mana asalmu? Dan sudah berapa lama engkau bekerja sebagai tukang pijat di Tarim?” Pemuda itupun menjawab bahwa ia berasal dari Indonesia dan saat ini menetap di Tarim sebagai seorang pelajar. Beliaupun terkejut lalu menegur murid beliau dengan keras seraya berkata “Menyuruh seorang penuntut ilmu yang datang dari jauh untuk memijat adalah sesuatu yang terlarang, itu merupakan pemerkosaan hak yang dosanya amat besar.. Jangan pernah engkau mengulanginya lagi”.
Tatkala
beliau mendapat banyak sanjungan dan pujian beliaupun dengan penuh
ketawadlu’an ( rendah hati ) berkata “Saya senang tapi saya tidak
pernah terlena dengan pujian itu”, beliaupun menegaskan dalam bait-bait
qasidah yang beliau buat sendiri dengan ungkapan sebagai berikut
“Kalian telah memuliakanku dengan sesuatu yang tidak pernah
kuperkirakan, sedang pemilik kemurahan (Allah SWT) selalu memberi
melebihi apa yang diperkirakan”
“Ini adalah anugerah yang kuperoleh tanpa bersusah payah untuk mencarinya, itu semata-mata murni karuniaYang Maha Kuasa”.
“Umurku semua habis dalam kesia-siaan yang tidak berguna, begitulah keadaanku seterusnya wahai keluargaku”
“Inilah
kebanggaanku, bukan dengan keagungan dan kekayaan. Adapun kekayaan
dunia cukup hanya untuk menutupi kebutuhan sehari-hari”.
Adapun
keistimewaan-keistimewaan yang Allah berikan kepada beliau berupa
karomah amatlah banyak, diantaranya adalah firasat beliau yang sangat
tajam, dimana ketika beliau usai mengadakan pengajian sore dimasjid
Babtinah yang terletak berdampingan dengan Rubath, seorang santri yang
bersalaman dan mencium tangan beliau, beliaupun memegang tangan pemuda
tersebut seraya bertanya “Engkau dari mana?” pemuda tersebut menjawab
“dari tempat renang ya Habiib” Habib pun bertanya “Engkau merokok?”
pemuda itupun menjawab dengan berbohong “tidak ya habiib, saya tidak
merokok” dengan tersenyum beliau berkata “Jangan engkau takut kepadaku
wahai saudaraku,takutlah engkau pada Allah” sambil malu malu pemuda itu
hanya bisa berkata ” Iya Habib Iya”.
Inilah sekelumit keluhuran budi akhlak, pendidikan dan ajaran serta perjalanan hidup beliau.
Dan beliaupun wafat pada hari Jum’at tepat ketika adzan Jum’at berkumandang tanggal 11 Rabi’ul Awwal 1425H, bertepatan dengan dengan tanggal 30 April 2004M di kota Abu Dhobi Uni Emirat Arab, dan dikebumikan di Zanbal Tarim bersama para leluhurnya.
Demikianlah manaqib singkat ini Al Faqir buat dan bacakan pada saat ini, semoga Allah merahmati kita semua Bijahi hadzannabi wa bibarkati hadzal wali.
Inilah sekelumit keluhuran budi akhlak, pendidikan dan ajaran serta perjalanan hidup beliau.
Dan beliaupun wafat pada hari Jum’at tepat ketika adzan Jum’at berkumandang tanggal 11 Rabi’ul Awwal 1425H, bertepatan dengan dengan tanggal 30 April 2004M di kota Abu Dhobi Uni Emirat Arab, dan dikebumikan di Zanbal Tarim bersama para leluhurnya.
Demikianlah manaqib singkat ini Al Faqir buat dan bacakan pada saat ini, semoga Allah merahmati kita semua Bijahi hadzannabi wa bibarkati hadzal wali.
sumber : http://basaudan.wordpress.com
Unknown
04.25
CB Blogger
IndonesiaHABIB HASAN BIN ABDULLAH ASSYATHIRI
Al Maghfurlah Habib Hasan bin Abdullah bin Umar Asy Syathiri, Tarim,Hadramaut-Yaman
لَوْ لاَ اْلمُرَبِّيْ مَا عَرَفْتُ رَبِّيْ
“KALAULAH BUKAN KARENA PENDIDIK NISCAYA AKU TAK MENGENAL TUHANKU”
Nasab beliau
Al Habib As Sayyid Hasan bin Al Imam Al ‘Allamah Syaikhul islam Al Habib Al Qutub Abdullah bin Umar bin Ahmad bin Umar bin Ahmad bin Umar bin Ahmad bin Ali bin Husein bin Muhammad bin Ahmad bin Umar bin Alawy Asy Syathiri bin Al Faqih Ali bin Al Qhodi Ahmad bin Muhammad Asadullah fi ardih bin Hasan At Turobi bin Ali bin Al Ustadz Al A’zom Al Faqih Muqoddam Muhammad bin Ali bin Muhammad shohib Mirbath bin Ali Kholi’ qosam bin Alawy bin Muhammad maula as Som’ah bin Alawy maula Sumul bin Ubaidillah bin Al Muhajir ilallah Ahmad bin Isa Arrumi bin Muhammad An Naqib bin Ali Al ‘Uraidli bin Ja’far As Shodiq bin Muhammad Al Baqir bin Al Imam As Sajjaad Ali zainal Abidin bin Al Imam Husaein bin Al Imam Ali bin Abi Tholib Putra dari sayyidatina Fatimah Az Zahra putri Rasulullah SAW.
Al Habib As Sayyid Hasan bin Al Imam Al ‘Allamah Syaikhul islam Al Habib Al Qutub Abdullah bin Umar bin Ahmad bin Umar bin Ahmad bin Umar bin Ahmad bin Ali bin Husein bin Muhammad bin Ahmad bin Umar bin Alawy Asy Syathiri bin Al Faqih Ali bin Al Qhodi Ahmad bin Muhammad Asadullah fi ardih bin Hasan At Turobi bin Ali bin Al Ustadz Al A’zom Al Faqih Muqoddam Muhammad bin Ali bin Muhammad shohib Mirbath bin Ali Kholi’ qosam bin Alawy bin Muhammad maula as Som’ah bin Alawy maula Sumul bin Ubaidillah bin Al Muhajir ilallah Ahmad bin Isa Arrumi bin Muhammad An Naqib bin Ali Al ‘Uraidli bin Ja’far As Shodiq bin Muhammad Al Baqir bin Al Imam As Sajjaad Ali zainal Abidin bin Al Imam Husaein bin Al Imam Ali bin Abi Tholib Putra dari sayyidatina Fatimah Az Zahra putri Rasulullah SAW.
Al Habib Hasan
dilahirkan dikota Tarim Hadromaut Yaman Selatan pada tanggal 7 Jumadi
ts Tsaniah 1346 H. Beberapa saat setelah kelahirannya, ketika kakek
beliau dari jalur ibunya Al Habib Abdurrahman bin Muhammad Al Haddad
hendak memberinya nama beliau berkata ” Hasan memiliki sirr (rahasia
keagungan) Syekh Abu Bakar As Sakran”. Beliau tumbuh dan dibesarkan
dikota Tarim, sejak kecil telah diasuh dan dibimbing oleh ayahnya dengan
didikan islami di tempat yang lingkungannya sangat baik dan dikawasan
pergaulan yang suasananya sangat kental dengan nuansa keilmuan yang
penuh dengan keberkahan dizaman yang tampak jelas dinaungi oleh para
sholihin dan ulama besar serta terkenal yang mahir dalam bidang ilmu
sehingga pada umur yang masih cukup muda yaitu 11 th beliau telah
menghapal al Quran seluruhnya,
dan beliau banyak mempelajari aneka bidang ilmu seperti: Tafsir Al
Quran, Hadits An Nabi SAW, Fiqh Syafi’i, Nahwu (Kaidah Bahasa Arab),
Tasawwuf dan lain sebagainya.
Beliau ( Al Habib Hasan ) banyak menimba ilmu dari banyak guru (masyayikh) dizamannya, baik dikota Tarim ataupun yang lainnya dan kebanyakan dari guru-guru beliau adalah para murid utama ayahanda beliau yaitu Al Imam Al ‘Allamah Syaikhul islam Al Habib Al Qutub Abdullah Asy Syathiri yang merupakan salah seorang Syaikhul Ulama (gurunya para guru) dinegri Hadromaut pengasuh Rubat Tarim yang dengan keberkahan ilmunya telah mencetak lebih dari 13.000 ulama yang tersebar keseluruh penjuru dunia termasuk Indonesia.
Dan diantara guru – guru beliau ( Al Habib Hasan ) selain ayahandanya adalah :
Al Imam Al Arif billah Al Habib Al Muhab Al Qutub Alawy bin Abdillah bin Syahab
Al Imam Al Arif billah Al habib Al Qutub Ja’far bin Ahmad Al Idrus
Asy Syaikhul ‘Allaamah Mahfudz bin Utsman Az Zabidi
As Syaikhul ‘Allaamah Salim bin Sa’id Bukaiyir Baa Ghoitsan
Al Imam Al ‘Allamah Al Muhaddits Diyar Haromain As Sayid Alawy bin ‘Abbas Al Maliki Makki Al Hasani
Al Imam Al ‘Allamah Asy Syahid Al habib Muhammad bin Salim bin Hafiidz bin Syeikh Abu bakar bin Salim
Al Habib Al ‘Allamah Umar bin ‘Alawy Al kaaf
Asy Syeikh Umar bin ‘Awad Al Haddad Dan masih banyak lagi guru – guru beliau dan para musnid dan mujiz yang memberikan berbagai macam sanad serta ijazah kepada beliau yang tidak kami sebutkan dalam biografi ( manaqib ) singkat ini.
Dalam asuhan dan didikan ayahandanya yang sangat disiplin, beliau acapkali diajak menghadiri majlis – majlis ilmu dan di setiap penghujung malam beliau diajak ayahandanya pergi ke masjid-masjid Tarim yang berjumlah kurang lebih 360 masjid guna melaksakan qiyam lail ( Sholat sunnah dimalam hari ), dan berziarah ke Zanbal makam Auliya’ dan ‘Inat makam Syeikh Abu Bakar bin Salim. Setiap kali berziarah kemakam Syekh Abu Bakar bin Salim Al Habib Abdullah bin Umar Asy Syathiri selalu berkata : ” Wahai Syeikh Abu Bakar, sungguh aku telah mendidik dan membimbing putramu Hasan bin Ismail, karena itu kumohon didik dan bimbinglah putraku Hasan”. Tatkala ajal ayahandanya Al Habib Abdullah bin Umar Asy Syathiri telah dekat dan usia beliau ( Al Habib Hasan ) kala itu sekitar 14 tahun, ayahandanya ( Al Habib Abdullah bin Umar Asy Syathiri ) mengumpulkan seluruh anggota keluarganya seraya berwasiat “Wahai Mahdi… aku serahkan padamu tanggung jawab kepemimpinan Rubath ini. Wahai Hasan… dan aku serahkan tanggung jawab kepemimpinan Rubath ini setelah kakakmu Mahdi dan jangan pernah kau tinggalkan Al Quran”.
Ayahandanya ( Al Habib Abdullah bin Umar Asy Syathiri ) wafat tatkata Al Habib Hasan sedang mempelajari Tafsir darinya, ketika itu beliau sampai pada tafsir ayat Al Quran, Pada hari Ini Telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan Telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan Telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.
Demikianlah isyarat kesempurnaan ilmu beliau yang tersirat lewat ayat tersebut, sebagaimana turunnya ayat ini sebagai tanda telah sempurnanya da’wah Rasulullah SAW pada Haji Wada’.
Kemudian beliau ( Al Habib Hasan Asy Syathiri ) berguru secara khusus kepada Al Imam Al Arif billah Al Habib Al Muhab Al Qutub Alawy bin Abdillah bin Syahab yang memiliki julukan ‘Ain Tarim ( Matanya kota Tarim) sosok berkarisma dan memiliki wibawa serta tegas dalam berkata. Sepenuh jiwa beliau serahkan dirinya kepada Al Habib Alawy guna dididik dan dibina, beliaupun menyambutnya dengan penuh perhatian dan pendidikan yang tiada henti, mengajarkannya cara melatih, mengembangkan dan mengolah jiwa serta bagaimana mematikan sisi buruk jiwa manusia, sehingga mencapai kedudukan Nafs Muthma-innah ( jiwa yang tenang ) guna menjalin keharmonisan dunia dan akhirat.
Beliau sangat menjaga adab ketika duduk dimajlis – majlis ilmu terkhusus dihadapan guru besar beliau Al Habib Alawy bin Abdillah bin Syahab, tidaklah beliau pernah mengangkat kepala beliau, seakan – akan terdapat seekor burung diatas kepalanya, bahkan tidaklah pernah terdengar hembusan nafasnya, hal tersebutlah yang membuat Al habib Alawy bin Syahab begitu sayang terhadap beliau. Pernah satu ketika Al Habib Alawy memuji Beliau ( Al Habib Hasan AsySyathiri ) dengan mengatakan kepada rekan-rekannya :” Hasan bin Abdullah Asy Syathiri adalah putra ruhku”, dan ketika didepan Al Habib Alawy beliau kehabisan suara tatkala sedang membacakan qosidah, Al Habib Alawy berkata: ” Dia perlu diberi gula, tetapi gulanya harus langsung dari Al Faqih Muqoddam”.
Dan dengan perintah serta isyarat dari Al Habib Alawy lah beliau memimpin majlis- majlis ilmu yang dihadiri oleh para Mufti dan Ulama, pada ketika itu beliau masih berusia 17 tahun usia yang sangat muda untuk memimpin majlis yang dihadiri para mufti dan ulama. Dan sungguh merupakan anugrah yang Allah berikan kepada beliau, tatkala beberapa saat sebelum gurunya ( Al habib Alawy bin Abdillah bin Syahab ) wafat, Beliau ( Al Habib Hasan AsySyathiri ) ketika itu dalam keadaan tertidur sedangkan Al Habib Alawy berada dirumahnya .
Dalam tidurnya Beliau ( Al Habib Hasan AsySyathiri ) bermimpi melihat Al Habib Alawy tengah duduk diatas pembaringannya, lalu Al Habib Alawy berkata: “Wahai Hasan…aku akan bangkit dari tempat ini, dan sekarang duduklah engkau ditempatku ini”. Setelah itu Beliau ( Al Habib Hasan AsySyathiri ) terbangun dari tidurnya dan beliau mendengar berita duka wafatnya Al Habib Alawy bin Syahab, dan dari mimpinya tersebut beliau menyadari betul bahwa beliaulah khalifah (pengganti) pelanjut Al Habib Alawy dalam menjaga amanah peradaban kota Tarim. Hal tersebut beliau buktikan dengan tegasnya beliau dalam menentang masuknya paham – paham atau tradisi – tradisi baru yang merubah apa yang telah ditetapkan dan di lestarikan oleh para leluhurnya, dengan penuh wibawa dan ketawadluan beliau mengatakan : “Ini bukan kota ku, ini kota sayyid Faqih Muqoddam, kota para leluhurku, kita tidak berhak merubahnya, jika aku merusaknya dengan merubah tradisi mereka, maka sungguh aku malu berjumpa mereka ketika aku kembali nanti”.
Akhlak, suluk, ilmu dan amal beliau merupakan cermin Ulama salaf ( terdahulu yang berpegang kuat ajaran Rasulullah SAW ) yang terdapat dalam dirinya, membuahkan suri tauladan baik untuk para manusia yang ingin mengikuti jejak Rasulullah SAW. Itu semua terlukis dengan prilakunya dalam melaksanakan yang fardlu dan sunnah, beliau sangat tawadlu’ ( rendah hati ), welas asih terhadap semua makhluk, tidak senang dengan ketenaran ( popularitas ).
Dalam mendidik dan mengajarpun beliau sangat berpegang teguh pada metode para salaf, memulai dengan yang dasar kemudian sedang lalu yang mendalam. Pendidikan dan ajarannya bukan hanya lewat kata-kata yang beliau ucapkan, melainkan dengan perbuatannya yang sangat terpuji. Diantara akhlak beliau yang sangat welas asih adalah ketika di Rubath ada seorang pencuri yang tertangkap, lalu dipukuli hingga babak belur, saat beliau mendengar hal tersebut beliau pun datang ke Rubat yang saat itu para pelajar sedang menghadiri perkumpulan mingguan guna mendengar nasihat dan peraturan –peraturan yang berlaku di Rubat serta evaluasi – evaluasi pendidikan ilmiyah dan amaliyah yang telah berjalan. Setelah bertanya siapa yang telah memukuli orang tersebut hingga babak belur dan beberapa orang mengaku mengajukan diri mereka beliaupun dengan wajah memerah, suara agak tinggi berkata :” Siapa kalian? Sehingga berhak memukuli orang ini hingga babak belur” diantara mereka ada yang menyahut ” Dia telah mencuri ya Habiib” Beliaupun berkata “Lantas apa dia patut untuk dipukul? Apa dia budak sahayamu? Bukan begitu memperlakukan yang salah wahai anak-anakku”.
Beliau sangat menginginkan kebahagiaan dan kebaikan pada setiap orang terkhusus anak-anak didiknya dan sangat tidak menginginkan keburukan terjadi atau ada pada diri mereka, sehingga tak pernah bosan beliau memberikan peringatan dan semangat lewat nasehat-nasehatnya yang sangat menyentuh qalbu.
Diantaranya beliau mengatakan ” Wahai anakku, makanlah dari hasil usahamu dan jangan kau makan dengan menjual agamamu”, dan ketika salah seorang pelajar yang hendak pulang ke Indonesia meminta wasiat darinya, beliaupun berkata “Perbanyaklah engkau bersujud dan mintalah ikhlas kepada Allah SWT, dan pendamlah dirimu ditempat yang orang tak mengenalmu”. Beliaupun selalu mengatakan ” Janganlah kalian menjadi orang yang banyak disanjung namun engkau memiliki cela yang terselubung”
Beliau ( Al Habib Hasan ) banyak menimba ilmu dari banyak guru (masyayikh) dizamannya, baik dikota Tarim ataupun yang lainnya dan kebanyakan dari guru-guru beliau adalah para murid utama ayahanda beliau yaitu Al Imam Al ‘Allamah Syaikhul islam Al Habib Al Qutub Abdullah Asy Syathiri yang merupakan salah seorang Syaikhul Ulama (gurunya para guru) dinegri Hadromaut pengasuh Rubat Tarim yang dengan keberkahan ilmunya telah mencetak lebih dari 13.000 ulama yang tersebar keseluruh penjuru dunia termasuk Indonesia.
Dan diantara guru – guru beliau ( Al Habib Hasan ) selain ayahandanya adalah :
Al Imam Al Arif billah Al Habib Al Muhab Al Qutub Alawy bin Abdillah bin Syahab
Al Imam Al Arif billah Al habib Al Qutub Ja’far bin Ahmad Al Idrus
Asy Syaikhul ‘Allaamah Mahfudz bin Utsman Az Zabidi
As Syaikhul ‘Allaamah Salim bin Sa’id Bukaiyir Baa Ghoitsan
Al Imam Al ‘Allamah Al Muhaddits Diyar Haromain As Sayid Alawy bin ‘Abbas Al Maliki Makki Al Hasani
Al Imam Al ‘Allamah Asy Syahid Al habib Muhammad bin Salim bin Hafiidz bin Syeikh Abu bakar bin Salim
Al Habib Al ‘Allamah Umar bin ‘Alawy Al kaaf
Asy Syeikh Umar bin ‘Awad Al Haddad Dan masih banyak lagi guru – guru beliau dan para musnid dan mujiz yang memberikan berbagai macam sanad serta ijazah kepada beliau yang tidak kami sebutkan dalam biografi ( manaqib ) singkat ini.
Dalam asuhan dan didikan ayahandanya yang sangat disiplin, beliau acapkali diajak menghadiri majlis – majlis ilmu dan di setiap penghujung malam beliau diajak ayahandanya pergi ke masjid-masjid Tarim yang berjumlah kurang lebih 360 masjid guna melaksakan qiyam lail ( Sholat sunnah dimalam hari ), dan berziarah ke Zanbal makam Auliya’ dan ‘Inat makam Syeikh Abu Bakar bin Salim. Setiap kali berziarah kemakam Syekh Abu Bakar bin Salim Al Habib Abdullah bin Umar Asy Syathiri selalu berkata : ” Wahai Syeikh Abu Bakar, sungguh aku telah mendidik dan membimbing putramu Hasan bin Ismail, karena itu kumohon didik dan bimbinglah putraku Hasan”. Tatkala ajal ayahandanya Al Habib Abdullah bin Umar Asy Syathiri telah dekat dan usia beliau ( Al Habib Hasan ) kala itu sekitar 14 tahun, ayahandanya ( Al Habib Abdullah bin Umar Asy Syathiri ) mengumpulkan seluruh anggota keluarganya seraya berwasiat “Wahai Mahdi… aku serahkan padamu tanggung jawab kepemimpinan Rubath ini. Wahai Hasan… dan aku serahkan tanggung jawab kepemimpinan Rubath ini setelah kakakmu Mahdi dan jangan pernah kau tinggalkan Al Quran”.
Ayahandanya ( Al Habib Abdullah bin Umar Asy Syathiri ) wafat tatkata Al Habib Hasan sedang mempelajari Tafsir darinya, ketika itu beliau sampai pada tafsir ayat Al Quran, Pada hari Ini Telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan Telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan Telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.
Demikianlah isyarat kesempurnaan ilmu beliau yang tersirat lewat ayat tersebut, sebagaimana turunnya ayat ini sebagai tanda telah sempurnanya da’wah Rasulullah SAW pada Haji Wada’.
Kemudian beliau ( Al Habib Hasan Asy Syathiri ) berguru secara khusus kepada Al Imam Al Arif billah Al Habib Al Muhab Al Qutub Alawy bin Abdillah bin Syahab yang memiliki julukan ‘Ain Tarim ( Matanya kota Tarim) sosok berkarisma dan memiliki wibawa serta tegas dalam berkata. Sepenuh jiwa beliau serahkan dirinya kepada Al Habib Alawy guna dididik dan dibina, beliaupun menyambutnya dengan penuh perhatian dan pendidikan yang tiada henti, mengajarkannya cara melatih, mengembangkan dan mengolah jiwa serta bagaimana mematikan sisi buruk jiwa manusia, sehingga mencapai kedudukan Nafs Muthma-innah ( jiwa yang tenang ) guna menjalin keharmonisan dunia dan akhirat.
Beliau sangat menjaga adab ketika duduk dimajlis – majlis ilmu terkhusus dihadapan guru besar beliau Al Habib Alawy bin Abdillah bin Syahab, tidaklah beliau pernah mengangkat kepala beliau, seakan – akan terdapat seekor burung diatas kepalanya, bahkan tidaklah pernah terdengar hembusan nafasnya, hal tersebutlah yang membuat Al habib Alawy bin Syahab begitu sayang terhadap beliau. Pernah satu ketika Al Habib Alawy memuji Beliau ( Al Habib Hasan AsySyathiri ) dengan mengatakan kepada rekan-rekannya :” Hasan bin Abdullah Asy Syathiri adalah putra ruhku”, dan ketika didepan Al Habib Alawy beliau kehabisan suara tatkala sedang membacakan qosidah, Al Habib Alawy berkata: ” Dia perlu diberi gula, tetapi gulanya harus langsung dari Al Faqih Muqoddam”.
Dan dengan perintah serta isyarat dari Al Habib Alawy lah beliau memimpin majlis- majlis ilmu yang dihadiri oleh para Mufti dan Ulama, pada ketika itu beliau masih berusia 17 tahun usia yang sangat muda untuk memimpin majlis yang dihadiri para mufti dan ulama. Dan sungguh merupakan anugrah yang Allah berikan kepada beliau, tatkala beberapa saat sebelum gurunya ( Al habib Alawy bin Abdillah bin Syahab ) wafat, Beliau ( Al Habib Hasan AsySyathiri ) ketika itu dalam keadaan tertidur sedangkan Al Habib Alawy berada dirumahnya .
Dalam tidurnya Beliau ( Al Habib Hasan AsySyathiri ) bermimpi melihat Al Habib Alawy tengah duduk diatas pembaringannya, lalu Al Habib Alawy berkata: “Wahai Hasan…aku akan bangkit dari tempat ini, dan sekarang duduklah engkau ditempatku ini”. Setelah itu Beliau ( Al Habib Hasan AsySyathiri ) terbangun dari tidurnya dan beliau mendengar berita duka wafatnya Al Habib Alawy bin Syahab, dan dari mimpinya tersebut beliau menyadari betul bahwa beliaulah khalifah (pengganti) pelanjut Al Habib Alawy dalam menjaga amanah peradaban kota Tarim. Hal tersebut beliau buktikan dengan tegasnya beliau dalam menentang masuknya paham – paham atau tradisi – tradisi baru yang merubah apa yang telah ditetapkan dan di lestarikan oleh para leluhurnya, dengan penuh wibawa dan ketawadluan beliau mengatakan : “Ini bukan kota ku, ini kota sayyid Faqih Muqoddam, kota para leluhurku, kita tidak berhak merubahnya, jika aku merusaknya dengan merubah tradisi mereka, maka sungguh aku malu berjumpa mereka ketika aku kembali nanti”.
Akhlak, suluk, ilmu dan amal beliau merupakan cermin Ulama salaf ( terdahulu yang berpegang kuat ajaran Rasulullah SAW ) yang terdapat dalam dirinya, membuahkan suri tauladan baik untuk para manusia yang ingin mengikuti jejak Rasulullah SAW. Itu semua terlukis dengan prilakunya dalam melaksanakan yang fardlu dan sunnah, beliau sangat tawadlu’ ( rendah hati ), welas asih terhadap semua makhluk, tidak senang dengan ketenaran ( popularitas ).
Dalam mendidik dan mengajarpun beliau sangat berpegang teguh pada metode para salaf, memulai dengan yang dasar kemudian sedang lalu yang mendalam. Pendidikan dan ajarannya bukan hanya lewat kata-kata yang beliau ucapkan, melainkan dengan perbuatannya yang sangat terpuji. Diantara akhlak beliau yang sangat welas asih adalah ketika di Rubath ada seorang pencuri yang tertangkap, lalu dipukuli hingga babak belur, saat beliau mendengar hal tersebut beliau pun datang ke Rubat yang saat itu para pelajar sedang menghadiri perkumpulan mingguan guna mendengar nasihat dan peraturan –peraturan yang berlaku di Rubat serta evaluasi – evaluasi pendidikan ilmiyah dan amaliyah yang telah berjalan. Setelah bertanya siapa yang telah memukuli orang tersebut hingga babak belur dan beberapa orang mengaku mengajukan diri mereka beliaupun dengan wajah memerah, suara agak tinggi berkata :” Siapa kalian? Sehingga berhak memukuli orang ini hingga babak belur” diantara mereka ada yang menyahut ” Dia telah mencuri ya Habiib” Beliaupun berkata “Lantas apa dia patut untuk dipukul? Apa dia budak sahayamu? Bukan begitu memperlakukan yang salah wahai anak-anakku”.
Beliau sangat menginginkan kebahagiaan dan kebaikan pada setiap orang terkhusus anak-anak didiknya dan sangat tidak menginginkan keburukan terjadi atau ada pada diri mereka, sehingga tak pernah bosan beliau memberikan peringatan dan semangat lewat nasehat-nasehatnya yang sangat menyentuh qalbu.
Diantaranya beliau mengatakan ” Wahai anakku, makanlah dari hasil usahamu dan jangan kau makan dengan menjual agamamu”, dan ketika salah seorang pelajar yang hendak pulang ke Indonesia meminta wasiat darinya, beliaupun berkata “Perbanyaklah engkau bersujud dan mintalah ikhlas kepada Allah SWT, dan pendamlah dirimu ditempat yang orang tak mengenalmu”. Beliaupun selalu mengatakan ” Janganlah kalian menjadi orang yang banyak disanjung namun engkau memiliki cela yang terselubung”
“Jadikanlah
adabmu seperti tepung dan ilmumu laksana garam” “Cinta tak butuh
dekatnya jarak namun dekat membutuhkan cinta” “Yaa Ikhwaanii..Wahai
saudara-saudaraku.. cukuplah bagi kalian mengamalkan apa yang terdapat
didalam kitab Bidayatul Hidayah Milik Al Imam Al Ghozali” “Janganlah
kalian sedih dengan mimpi-mimpi buruk yang padahal kalian telah banyak
berbuat keta’atan, karena hal tersebut merupakan pendidikan untuk
jiwamu, mimpi-mimpi indah tak berarti apa-apa bila seseorang tersebut
terlena oleh mimpi dan terus tenggelam dalam ma’siat” “Penuhilah
hak-hak orang, dan janganlah kau menuntut hakmu dari mereka, bantulah
orang yang meminta bantuan padamu semampumu” ” Kesolehan seseorang
tidaklah dilihat dari imamah ( ikat kepala ) yang besaratau sorban yang
lebar dan bukan pula kepandaian berbicara diatas mimbar”. Begitu
banyak mutiara nasehatnya yang diberikan secara tulus kepada para
santri dan orang yang meminta wasiat ataupun nasehat kepada beliau.
Dikisahkan bahwa ketika tubuh beliau terasa sakit, murid tersayangnya pun pergi dan membawa seseorang guna memijat tubuh beliau, ketika pemuda tersebut memegang kaki beliau, beliaupun bertanya ” Siapa namamu? Dari mana asalmu? Dan sudah berapa lama engkau bekerja sebagai tukang pijat di Tarim?” Pemuda itupun menjawab bahwa ia berasal dari Indonesia dan saat ini menetap di Tarim sebagai seorang pelajar. Beliaupun terkejut lalu menegur murid beliau dengan keras seraya berkata “Menyuruh seorang penuntut ilmu yang datang dari jauh untuk memijat adalah sesuatu yang terlarang, itu merupakan pemerkosaan hak yang dosanya amat besar.. Jangan pernah engkau mengulanginya lagi”.
Dikisahkan bahwa ketika tubuh beliau terasa sakit, murid tersayangnya pun pergi dan membawa seseorang guna memijat tubuh beliau, ketika pemuda tersebut memegang kaki beliau, beliaupun bertanya ” Siapa namamu? Dari mana asalmu? Dan sudah berapa lama engkau bekerja sebagai tukang pijat di Tarim?” Pemuda itupun menjawab bahwa ia berasal dari Indonesia dan saat ini menetap di Tarim sebagai seorang pelajar. Beliaupun terkejut lalu menegur murid beliau dengan keras seraya berkata “Menyuruh seorang penuntut ilmu yang datang dari jauh untuk memijat adalah sesuatu yang terlarang, itu merupakan pemerkosaan hak yang dosanya amat besar.. Jangan pernah engkau mengulanginya lagi”.
Tatkala
beliau mendapat banyak sanjungan dan pujian beliaupun dengan penuh
ketawadlu’an ( rendah hati ) berkata “Saya senang tapi saya tidak
pernah terlena dengan pujian itu”, beliaupun menegaskan dalam bait-bait
qasidah yang beliau buat sendiri dengan ungkapan sebagai berikut
“Kalian telah memuliakanku dengan sesuatu yang tidak pernah
kuperkirakan, sedang pemilik kemurahan (Allah SWT) selalu memberi
melebihi apa yang diperkirakan”
“Ini adalah anugerah yang kuperoleh tanpa bersusah payah untuk mencarinya, itu semata-mata murni karuniaYang Maha Kuasa”.
“Umurku semua habis dalam kesia-siaan yang tidak berguna, begitulah keadaanku seterusnya wahai keluargaku”
“Inilah
kebanggaanku, bukan dengan keagungan dan kekayaan. Adapun kekayaan
dunia cukup hanya untuk menutupi kebutuhan sehari-hari”.
Adapun
keistimewaan-keistimewaan yang Allah berikan kepada beliau berupa
karomah amatlah banyak, diantaranya adalah firasat beliau yang sangat
tajam, dimana ketika beliau usai mengadakan pengajian sore dimasjid
Babtinah yang terletak berdampingan dengan Rubath, seorang santri yang
bersalaman dan mencium tangan beliau, beliaupun memegang tangan pemuda
tersebut seraya bertanya “Engkau dari mana?” pemuda tersebut menjawab
“dari tempat renang ya Habiib” Habib pun bertanya “Engkau merokok?”
pemuda itupun menjawab dengan berbohong “tidak ya habiib, saya tidak
merokok” dengan tersenyum beliau berkata “Jangan engkau takut kepadaku
wahai saudaraku,takutlah engkau pada Allah” sambil malu malu pemuda itu
hanya bisa berkata ” Iya Habib Iya”.
Inilah sekelumit keluhuran budi akhlak, pendidikan dan ajaran serta perjalanan hidup beliau.
Dan beliaupun wafat pada hari Jum’at tepat ketika adzan Jum’at berkumandang tanggal 11 Rabi’ul Awwal 1425H, bertepatan dengan dengan tanggal 30 April 2004M di kota Abu Dhobi Uni Emirat Arab, dan dikebumikan di Zanbal Tarim bersama para leluhurnya.
Demikianlah manaqib singkat ini Al Faqir buat dan bacakan pada saat ini, semoga Allah merahmati kita semua Bijahi hadzannabi wa bibarkati hadzal wali.
Inilah sekelumit keluhuran budi akhlak, pendidikan dan ajaran serta perjalanan hidup beliau.
Dan beliaupun wafat pada hari Jum’at tepat ketika adzan Jum’at berkumandang tanggal 11 Rabi’ul Awwal 1425H, bertepatan dengan dengan tanggal 30 April 2004M di kota Abu Dhobi Uni Emirat Arab, dan dikebumikan di Zanbal Tarim bersama para leluhurnya.
Demikianlah manaqib singkat ini Al Faqir buat dan bacakan pada saat ini, semoga Allah merahmati kita semua Bijahi hadzannabi wa bibarkati hadzal wali.
sumber : http://basaudan.wordpress.com
Aku selalu berjalan di atas pantai ini, Diantara pasir dan buih...
Air pasang akan menghapus jejakku...
Dan angin kencang menyembur hilang buih putih...
Namun lautan dan pantai akan tetap tinggal Abadi...
asli ora bakalan nyesel ( maklum wong jawa ) hehehe... pokok nya top deh,
yuk langsung aja gak pake lama DI SINI:
Unknown
20.50
CB Blogger
Indonesiadownload pasir dan buih kahlil gibran
Aku selalu berjalan di atas pantai ini, Diantara pasir dan buih...
Air pasang akan menghapus jejakku...
Dan angin kencang menyembur hilang buih putih...
Namun lautan dan pantai akan tetap tinggal Abadi...
asli ora bakalan nyesel ( maklum wong jawa ) hehehe... pokok nya top deh,
yuk langsung aja gak pake lama DI SINI:
Wahai ilalang .... Pernahkan kau merasakan rasa yang begitu menyiksa
ini ? Mengapa kau hanya diam .... Katakan padaku .... Sebuah kata yang
bisa meredam gejolak jiwa ini .... Sesuatu yang dibutuhkan raga ini ....
Sebagai pengobat rasa sakit yang tak terkendali .... Desiran angin
membuat berisik dirimu ....
Seolah ada sesuatu yang kau ucapkan padaku .... Aku tak tahu apa maksudmu .... Hanya menduga .... Bisikanmu mengatakan ada seseorang di balik bukit sana .... Menunggumu dengan setia .... Menghargai apa arti cinta .... Hati terjatuh dan terluka .... Merobek malam menoreh seribu duka .... Kukepakkan sayap - sayap patahku .... Mengikuti hembusan angin yang berlalu .... Menancapkan rindu .... Di sudut hati yang beku .... Dia retak, hancur bagai serpihan cermin .... Berserakan .... Sebelum hilang diterpa angin .... Sambil terduduk lemah Ku coba kembali mengais sisa hati .... Bercampur baur dengan debu .... Ingin ku rengkuh .... Ku gapai kepingan di sudut hati .... Hanya bayangan yang ku dapat .... Ia menghilang saat mentari turun dari peraduannya .... Tak sanggup kukepakkan kembali sayap ini .... Ia telah patah .... Tertusuk duri yang tajam .... Hanya bisa meratap .... Meringis .... Mencoba menggapai sebuah pegangan ....
Seolah ada sesuatu yang kau ucapkan padaku .... Aku tak tahu apa maksudmu .... Hanya menduga .... Bisikanmu mengatakan ada seseorang di balik bukit sana .... Menunggumu dengan setia .... Menghargai apa arti cinta .... Hati terjatuh dan terluka .... Merobek malam menoreh seribu duka .... Kukepakkan sayap - sayap patahku .... Mengikuti hembusan angin yang berlalu .... Menancapkan rindu .... Di sudut hati yang beku .... Dia retak, hancur bagai serpihan cermin .... Berserakan .... Sebelum hilang diterpa angin .... Sambil terduduk lemah Ku coba kembali mengais sisa hati .... Bercampur baur dengan debu .... Ingin ku rengkuh .... Ku gapai kepingan di sudut hati .... Hanya bayangan yang ku dapat .... Ia menghilang saat mentari turun dari peraduannya .... Tak sanggup kukepakkan kembali sayap ini .... Ia telah patah .... Tertusuk duri yang tajam .... Hanya bisa meratap .... Meringis .... Mencoba menggapai sebuah pegangan ....
oke bagi yg mau bisa langsung sedot di SINI:
gak pake ribet...
selamat mencoba
Unknown 20.02 CB Blogger Indonesia
download sayap sayap patah kahlil gibran
Wahai ilalang .... Pernahkan kau merasakan rasa yang begitu menyiksa
ini ? Mengapa kau hanya diam .... Katakan padaku .... Sebuah kata yang
bisa meredam gejolak jiwa ini .... Sesuatu yang dibutuhkan raga ini ....
Sebagai pengobat rasa sakit yang tak terkendali .... Desiran angin
membuat berisik dirimu ....
Seolah ada sesuatu yang kau ucapkan padaku .... Aku tak tahu apa maksudmu .... Hanya menduga .... Bisikanmu mengatakan ada seseorang di balik bukit sana .... Menunggumu dengan setia .... Menghargai apa arti cinta .... Hati terjatuh dan terluka .... Merobek malam menoreh seribu duka .... Kukepakkan sayap - sayap patahku .... Mengikuti hembusan angin yang berlalu .... Menancapkan rindu .... Di sudut hati yang beku .... Dia retak, hancur bagai serpihan cermin .... Berserakan .... Sebelum hilang diterpa angin .... Sambil terduduk lemah Ku coba kembali mengais sisa hati .... Bercampur baur dengan debu .... Ingin ku rengkuh .... Ku gapai kepingan di sudut hati .... Hanya bayangan yang ku dapat .... Ia menghilang saat mentari turun dari peraduannya .... Tak sanggup kukepakkan kembali sayap ini .... Ia telah patah .... Tertusuk duri yang tajam .... Hanya bisa meratap .... Meringis .... Mencoba menggapai sebuah pegangan ....
Seolah ada sesuatu yang kau ucapkan padaku .... Aku tak tahu apa maksudmu .... Hanya menduga .... Bisikanmu mengatakan ada seseorang di balik bukit sana .... Menunggumu dengan setia .... Menghargai apa arti cinta .... Hati terjatuh dan terluka .... Merobek malam menoreh seribu duka .... Kukepakkan sayap - sayap patahku .... Mengikuti hembusan angin yang berlalu .... Menancapkan rindu .... Di sudut hati yang beku .... Dia retak, hancur bagai serpihan cermin .... Berserakan .... Sebelum hilang diterpa angin .... Sambil terduduk lemah Ku coba kembali mengais sisa hati .... Bercampur baur dengan debu .... Ingin ku rengkuh .... Ku gapai kepingan di sudut hati .... Hanya bayangan yang ku dapat .... Ia menghilang saat mentari turun dari peraduannya .... Tak sanggup kukepakkan kembali sayap ini .... Ia telah patah .... Tertusuk duri yang tajam .... Hanya bisa meratap .... Meringis .... Mencoba menggapai sebuah pegangan ....
oke bagi yg mau bisa langsung sedot di SINI:
gak pake ribet...
selamat mencoba